Papua adalah Pulau terbesar di dunia dan menduduki urutan kedua sebagai
dataran terluas setelah Greenland dalam bahasa
Inggris, atau Tanah Hijau
(nama resmi: Kalaallit Nunaat, bahasa
Denmark: Grønland),
adalah sebuah pulau di Samudra
Atlantik bagian utara di arah
timur laut Kanada. Papua kaya akan kekayaan alam, sumber
energi dan tambang yang telah diakui oleh Mancanegara. Dihuni oleh berbagai
etnik dan karakteristik yang berbeda-beda di setiap wilayahnya, Suku Dani,
Kamoro, Yali, Ayamaro adalah Suku yang mendiami Papua. Selain kekayaan alam dan
panorama yang menawan, adat budaya masyarakat papua juga tergolong unik karena
memiliki ciri khas tersendiri dan tidak dapat ditemukan dibelahan dunia lainnya.
Papua menjadi bagian tak terpisahkan dengan wilayah NKRI sebagaimana ditegaskan
dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945 pasca kemerdekaan Indonesia bahwa bangsa-bangsa Indonesia mewarisi
wilayah Hindia Belanda.
Berbicara masalah Papua tidak dapat
dilepaskan dari sejarah Papua itu sendiri hingga menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari wilayah Indonesia. Sejarah
Papua bagian barat dalam kaitannya Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu
diketahui Walaupun Papua “agak terlambat” diakui oleh dunia internasional
sebagai bagian dari NKRI, namun sebenarnya sejak awal penduduk Papua sudah
merupakan “keluarga besar” penduduk yang mendiami wilayah Nusantara yang
kemudian bergabung dan membentuk Negara Indonesia.
Sebelum
memasuki era peradaban kerajaan di Indonesia, Ekspedisi demi ekspedisi silih
berganti untuk menemukan Papua. Selain Ferdinand Magellan, ada Alvaro de
Saavedra, Herman Griyalva, Ynogo Ortiz de Retes, Torres dan yang lainnya.
Bahkan, tak melulu penjelajah dunia yang jatuh hati, namun juga
para peneliti seperti Carl Ernst Arthur Whichmann, Jean Jacques Dozy, dan
juga pemimpin ekspedisi Forbes Wilson yang ujungnya menghadirkan PT
Freeport di tanah Papua.
Pada
masa kerajaan di wilayah Nusantara, Pemerintah Kerajaan Sriwijaya tercatat
pernah mengirimkan burung-burung asli Papua yang waktu itu disebut “Janggi”
kepada Pemerintah Kerajaan China. Kemudian Pada masa Kerajaan Majapahit (1293 –
1520), Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca juga secara
eksplisit menyebutkan wilayah Papua sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya
sebagai Papa-Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa
Tidore artinya tidak bergabung atau tidak bersatu (not integrated).
Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting. Memiliki pengertian lain, bahwa
di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah.
Dilihat dari nama Papua itu
sendiri, berbagai sumber menyebutkan arti dan makna yang berbeda. Disebutkan bahwa
nama Papua berasal dari bahasa Biak (Kabupaten Biak Numfor) dengan akar kata
“Bapoa” yang apabila diartikan adalah rambut keriting. Kemudian karena adanya
dialeg bahasa yang berbeda-beda dalam penyebutannya hingga memunculkan kata
“Papua”. Kemudian tersebut juga bahwa “Papua” pertama kali digunakan oleh
pelaut Portugis Antonio d’Arbreu yang menjejakkan kaki pada tahun 1551. Nama
itu awalnya dipakai oleh Antonio Pigaffetta ketika berada di perairan Maluku
pada tahun 1521. Asal kata “Papua” berasal dari kata Melayu “pua-pua” yang
artinya “keriting”. Penjelajah dunia yang dinahkodai Ferdinand Magellan,
seorang berkebangsaan Spanyol, menjuluki Tanah Papua sebagai Pulau Emas (Golden
Island). Orang Belanda menyebut pulau Irian Jaya atau Papua sekarang dengan
sebutan New Guinea yang berawal dari seorang pelaut Spanyol yakni Ynigo Ortez
de Retes (1545) yang menyebut “Neuva Guinea” (Guinea Baru) Sebutan-sebutan
itu lantaran banyaknya kesamaan yang ada antara Papua dengan daerah Guinea di
pantai barat Afrika, baik penduduk yang mendiaminya, maupun tanah dan flora
yang dimilikinya. Selain disebut Pulau emas, Papua juga
dijuluki “ Samudranta
“ yang berasal dari bahasa Sansekerta dan notabene menjadi bahasa yang
digunakan di wilayah kepulauan
Indonesia, baik dalam pengertian geo-politik maupun sosial ekonomi. Di era
revolusi Papua disebut Irian Jaya yang dilatarbelakangi dari Konferensi Malino
1964 nama “Iryan” diusulkan oleh Frans Kaisiepo, kata itu berasal dari bahasa
Biak yang artinya “Sinar matahari yang menghalau kabut di lau, sehingga ada
harapan bagi para nelayan Biak untuk mencapai tanah daratan Irian”. Pengertian
lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Irian ini berasal dari dua kata
yaitu “Iri” dan “Ryan”, Iri berarti “Dia” (Dia disini yang dimaksud adalah
Tanah) dan Ryan berarti “Panas”. Penamaan Papua dari bahasa Biak ini
dipolitisir untuk membentuk image bahwa wilayah Papua merupakan wilayah yang
rentan akan terjadinya hal-hal yang negatif.
Terlepas
dari asal kata Papua dan penyebutannya dapat ditarik sebuah kesimpulan penting
bahwa Papua telah menjadi bagian dari Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebelum Republik Indonesia itu berdiri dan yang dikenal dengan nama
“Nusantara”. Beranjak ke peradaban berikutnya dimana Bangsa-bangsa Eropa memulai
era baru dengan melakukan ekspedisi laut untuk menemukan sumber rempah-rempah
di belahan dunia.
Ekspedisi
pertama bangsa-bangsa Eropa di abad ke-16, didahului oleh pelaut Spanyol dibawah
komando Alvaro da Saavedra pada tahun 1522. yang berlabuh di tanah bagian barat
Papua New Guinea namun tidak ada kontak dengan penduduk lokal kala itu.
Ekspedisi pun berubah menjadi klaim perluasan wilayah dan berlanjut dengan
politis kekuasaan guna menentukan posisi di kawasan Asia. Pada 20 Juni 1545 Kapal San Juan berlabuh di
Muara Amberamo. Pimpinan rombongan ini, Ynigo Ortiz de Rottes mengadakan
upacara dan mengatakan pulau ini milik raja Spanyol. Ortiz memberi nama pulau
ini dengan Nuinea Guinea (Gunea Baru) karena persamaan kondisi pantai
dan penduduk setempat dengan penduduk Guenea di Afrika Barat. Sedangkan istilah
“Isla de Oro” adalah sebutan Papua yang diberikan oleh bangsa Portugis.
Setelah
berhasil berlabuh di New Guinea (Papua), pulau itu seakan menjadi incaran oleh
Bangsa-Bangsa Eropa lainnya hingga masuklah VOC ke Indonesia. masuklah VOC (VEREENIGDE OOSTINDISCHE COMPAGNIE) (PERSERIKATAN
PERUSAHAAN HINDIA TIMUR) VOC adalah Perusahaan yang memiliki monopoli
perdagangan di Asia, didirikan pada tanggal 20 Maret 1602, dianggap perusahaan
pertama yang mengeluarkan pembagian saham. Selain itu VOC juga memiliki
fasilitas khusus yakni Serdadu dan perangkat perang, VOC juga terkenal dengan
sebutan COMPAGNIE yang dalam ejaan Indonesia disebut “Kompeni”. Setelah
melaksanakan segala usahanya, VOC berakhir antiklimaks dengan mengalami
kebangkrutan dan
dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1798 dan setelah kekuasaan Kerajaan
Inggris yang pendek di bawah Gubernur-Jenderal Thomas Stamford Bingley Raffles, pemerintah Kerajaan
Belanda kemudian mengambil alih
kepemilikan VOC dan Hindia-Belanda pada tahun 1816. Sejak saat itu, pemerintah Kerajaan
Belanda berkuasa dan berdaulat penuh
atas wilayah Hindia-Belanda (Indonesia) yang
tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814.