Senin, 21 Juli 2014

Garis Sejarah Papua



Papua adalah Pulau terbesar di dunia dan menduduki urutan kedua sebagai dataran terluas setelah Greenland dalam bahasa Inggris, atau Tanah Hijau (nama resmi: Kalaallit Nunaat, bahasa Denmark: Grønland), adalah sebuah pulau di Samudra Atlantik bagian utara di arah timur laut Kanada. Papua kaya akan kekayaan alam, sumber energi dan tambang yang telah diakui oleh Mancanegara. Dihuni oleh berbagai etnik dan karakteristik yang berbeda-beda di setiap wilayahnya, Suku Dani, Kamoro, Yali, Ayamaro adalah Suku yang mendiami Papua. Selain kekayaan alam dan panorama yang menawan, adat budaya masyarakat papua juga tergolong unik karena memiliki ciri khas tersendiri dan tidak dapat ditemukan dibelahan dunia lainnya. Papua menjadi bagian tak terpisahkan dengan wilayah NKRI sebagaimana ditegaskan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 pasca kemerdekaan Indonesia bahwa bangsa-bangsa Indonesia mewarisi wilayah Hindia Belanda.

Berbicara masalah Papua tidak dapat dilepaskan dari sejarah Papua itu sendiri hingga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Indonesia. Sejarah Papua bagian barat dalam kaitannya Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu diketahui Walaupun Papua “agak terlambat” diakui oleh dunia internasional sebagai bagian dari NKRI, namun sebenarnya sejak awal penduduk Papua sudah merupakan “keluarga besar” penduduk yang mendiami wilayah Nusantara yang kemudian bergabung dan membentuk Negara Indonesia.

Sebelum memasuki era peradaban kerajaan di Indonesia, Ekspedisi demi ekspedisi silih berganti untuk menemukan Papua. Selain Ferdinand Magellan, ada Alvaro de Saavedra, Herman Griyalva, Ynogo Ortiz de Retes, Torres dan yang lainnya. Bahkan, tak melulu penjelajah dunia  yang jatuh hati, namun juga  para peneliti seperti Carl Ernst Arthur Whichmann, Jean Jacques Dozy, dan juga  pemimpin ekspedisi Forbes Wilson yang ujungnya menghadirkan PT Freeport di tanah Papua. 
Pada masa kerajaan di wilayah Nusantara, Pemerintah Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mengirimkan burung-burung asli Papua yang waktu itu disebut “Janggi” kepada Pemerintah Kerajaan China. Kemudian Pada masa Kerajaan Majapahit (1293 – 1520), Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca juga secara eksplisit menyebutkan wilayah Papua sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai Papa-Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak bergabung atau tidak bersatu (not integrated). Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting. Memiliki pengertian lain, bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah.

Dilihat dari nama Papua itu sendiri, berbagai sumber menyebutkan arti dan makna yang berbeda. Disebutkan bahwa nama Papua berasal dari bahasa Biak (Kabupaten Biak Numfor) dengan akar kata “Bapoa” yang apabila diartikan adalah rambut keriting. Kemudian karena adanya dialeg bahasa yang berbeda-beda dalam penyebutannya hingga memunculkan kata “Papua”. Kemudian tersebut juga bahwa “Papua” pertama kali digunakan  oleh pelaut Portugis Antonio d’Arbreu yang menjejakkan kaki pada tahun 1551. Nama itu awalnya dipakai oleh Antonio Pigaffetta ketika berada di perairan Maluku pada tahun 1521. Asal kata “Papua” berasal dari kata Melayu “pua-pua” yang artinya  “keriting”. Penjelajah dunia yang dinahkodai Ferdinand Magellan, seorang berkebangsaan Spanyol, menjuluki Tanah Papua sebagai Pulau Emas (Golden Island). Orang Belanda menyebut pulau Irian Jaya atau Papua sekarang dengan sebutan New Guinea yang berawal dari seorang pelaut Spanyol yakni Ynigo Ortez de Retes (1545) yang menyebut “Neuva Guinea” (Guinea Baru) Sebutan-sebutan itu lantaran banyaknya kesamaan yang ada antara Papua dengan daerah Guinea di pantai barat Afrika, baik penduduk yang mendiaminya, maupun tanah dan flora yang dimilikinya. Selain disebut Pulau emas, Papua juga dijuluki “ Samudranta “ yang berasal dari bahasa Sansekerta dan notabene menjadi bahasa yang digunakan di  wilayah kepulauan Indonesia, baik dalam pengertian geo-politik maupun sosial ekonomi. Di era revolusi Papua disebut Irian Jaya yang dilatarbelakangi dari Konferensi Malino 1964 nama “Iryan” diusulkan oleh Frans Kaisiepo, kata itu berasal dari bahasa Biak yang artinya “Sinar matahari yang menghalau kabut di lau, sehingga ada harapan bagi para nelayan Biak untuk mencapai tanah daratan Irian”. Pengertian lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Irian ini berasal dari dua kata yaitu “Iri” dan “Ryan”, Iri berarti “Dia” (Dia disini yang dimaksud adalah Tanah) dan Ryan berarti “Panas”. Penamaan Papua dari bahasa Biak ini dipolitisir untuk membentuk image bahwa wilayah Papua merupakan wilayah yang rentan akan terjadinya hal-hal yang negatif.

Terlepas dari asal kata Papua dan penyebutannya dapat ditarik sebuah kesimpulan penting bahwa Papua telah menjadi bagian dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebelum Republik Indonesia itu berdiri dan yang dikenal dengan nama “Nusantara”. Beranjak ke peradaban berikutnya dimana Bangsa-bangsa Eropa memulai era baru dengan melakukan ekspedisi laut untuk menemukan sumber rempah-rempah di belahan dunia.
Ekspedisi pertama bangsa-bangsa Eropa di abad ke-16, didahului oleh pelaut Spanyol dibawah komando Alvaro da Saavedra pada tahun 1522. yang berlabuh di tanah bagian barat Papua New Guinea namun tidak ada kontak dengan penduduk lokal kala itu. Ekspedisi pun berubah menjadi klaim perluasan wilayah dan berlanjut dengan politis kekuasaan guna menentukan posisi di kawasan Asia.  Pada 20 Juni 1545 Kapal San Juan berlabuh di Muara Amberamo. Pimpinan rombongan ini, Ynigo Ortiz de Rottes mengadakan upacara dan mengatakan pulau ini milik raja Spanyol. Ortiz memberi nama pulau ini dengan Nuinea Guinea (Gunea Baru) karena persamaan kondisi pantai dan penduduk setempat dengan penduduk Guenea di Afrika Barat. Sedangkan istilah “Isla de Oro” adalah sebutan Papua yang diberikan oleh bangsa Portugis.

Setelah berhasil berlabuh di New Guinea (Papua), pulau itu seakan menjadi incaran oleh Bangsa-Bangsa Eropa lainnya hingga masuklah VOC ke Indonesia. masuklah VOC (VEREENIGDE OOSTINDISCHE COMPAGNIE) (PERSERIKATAN PERUSAHAAN HINDIA TIMUR) VOC adalah Perusahaan yang memiliki monopoli perdagangan di Asia, didirikan pada tanggal 20 Maret 1602, dianggap perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham. Selain itu VOC juga memiliki fasilitas khusus yakni Serdadu dan perangkat perang, VOC juga terkenal dengan sebutan COMPAGNIE yang dalam ejaan Indonesia disebut “Kompeni”. Setelah melaksanakan segala usahanya, VOC berakhir antiklimaks dengan mengalami kebangkrutan dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1798 dan setelah kekuasaan Kerajaan Inggris yang pendek di bawah Gubernur-Jenderal Thomas Stamford Bingley Raffles, pemerintah Kerajaan Belanda kemudian mengambil alih kepemilikan VOC dan Hindia-Belanda pada tahun 1816. Sejak saat itu, pemerintah Kerajaan Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda (Indonesia) yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814.


1 komentar:

  1. Wa wa wa

    http://www.malanesia.com/2013/03/akar-konflik-papua.html

    BalasHapus